Link Search Menu Expand Document

Agama

Mari kita mulai dari pembahasan yang paling membosankan: Agama. Karena kalau masalah agama saja ribet, mana bisa orang akan mentoleransi perkembangan jaman?

Aku lahir dan berkembang dengan Agama Islam. Kebetulan dengan negara yang lebih dari 90% penganut islam. Aku juga dibesarkan dengan lingkungan cukup islamis. Menjadi santri juga pernah. Sudah jadi tradisi keluarga.

Meskipun aku dibesarkan ditengah kota pesantren, menjadi kyai atau ahli agama bukan tujuanku. Jadi soal agama aku tidak ingin ribet, lagian aku juga tidak ingin jadi tokoh yang dikenal masyarakat.

Banyak doktrin atau golongan berbeda yang berkembang di Agama Islam. Sayangnya aku sering mendengar kelompokku sendiri mengkritik kelompok sebelah. Aneh kenapa orang suka membeda-bedakan golongan meski agamanya sama? Bagaimana jika bertemu dengan penganut agama lain? Entahlah, aku jadi risih juga.

Kemungkinan beberapa orang cuma bingung mana yang bakal jadi “dosa” dan “pahala”, sampai-sampai ada istilah bid’ah karena masalah baru. Aku tidak ingin masalah agama jadi rumit, jadi aku hanya percaya sama kewajiban mutlak: 5 rukun islam dan segala hal yang jelas diharamkan. selain itu, anggap saja semuanya suka-suka hati.

Kalau masalah mencari pahala, sayangnya aku bukan tipe-tipe orang alim yang betah berdiam diri. Sering juga diomelin ibuku “nak, kapan ngajinya” itu karena aku percaya akan lebih bermanfaat kalau mencari pahala dengan cara membantu orang daripada berdiam diri. I’tikaf ku hanya sebatas sholat 5 waktu setiap hari dan itu sudah cukup; namun kalau diajak tahlil atau acara agama lain juga tidak menolak, lagian kalau tradisi sendiri di tentang itu gak baik dipandang orang.

Namun pada dasarnya, toleransi beragama itu penting. Aku percaya masalah agama harusnya tidak harus serumit ini. Apalagi yang sering diperdebatkan ialah tata cara shalat. Sholatnya sat-set-sat-set bisa diterima? Karena orang beda-beda pendapatnya, jadi aku tidak peduli itu selama tujuan utamanya untuk mengingat tuhan dan gerakannya masih ada.

Meski islam adalah “agama yang terakhir turun” namun aku percaya tidak ada agama yang paling benar. Masing-masing orang pasti mengganggap kepercayaan mereka sendiri adalah benar, jadi buat apa berdebat masalah agama? Selama tidak merugikan orang lain aku OK OK saja. Lagian, orang butuh agama untuk mengisi kebutuhan spiritualitas, sehingga orang tetap optimis meski dilanda eksistensial crisis. Agama juga masih menjadi faktor penting kenapa orang sering berbuat baik tanpa pandang pamrih, bahkan orang atheis sebenarnya tidak menyangkal keberadaan tuhan, mereka hanya tidak percaya kepada cara agama menyikapi atau menyembah tuhan.